MAKALAH
PANCASILA
SEBAGAI SOLUSI PERSOALAN BANGSA DAN NEGARA
(STUDI
KASUS DEKADENSI MORAL)
Disusun
Oleh :
Kelompok
V
1. SRI
RAHAYU
2. TRIO
SAPUTRA
3. UTAWINI
ALMAYANDA
4. SONYA
LERISA
5. SULES
PIANA YOHANI
6. RISTIN
NUR AZIRAH
7.DAHIA
PROGRAM
STUDI TEKNIK INFORMATIKA
FAKULTAS
TEKNIK
UNIVERSITAS
ISLAM KUANTAN SINGINGI
TP :
2015/2016
KATA
PENGANTAR
Assalamualaikum Wr.Wb
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah
SWT, karena dengan rahmat dan perkenaan-Nya kami dapat menyelesaikan makalah
yang berjudul “PANCASILA SEBAGAI SOLUSI PERSOALAN BANGSA DAN NEGARA (Studi
Kasus Dekadensi Moral”. Kemudian salawat dan salam kita junjungkan kepada nabi
Muhammad SAW yang telah membawa kita kealam yang terang benderang dan penuh
dengan ilmu pengetahuan seperti yang kita rasakan pada saat ini.
Dalam penulisan makalah ini kami merasa
masih banyak kekurangan, untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran
yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini.
Kami mengucapkan terimakasih kepada
semua pihak yang telah membantu sehingga makalah ini dapat diselesaikan sesuai
dengan waktunya. Semoga makalah kami ini dapat memberikan informasi yang
bermanfaat bagi teman-teman dan bermanfaat untuk mengembangkan ilmu pengetahuan
bagi kita semua khususnya dalam bidang pendidikan pancasila .
Wassalamualaikum Wr. Wb
Teluk Kuantan, 23 Oktober 2015
Moderator
DAFTAR
ISI
KATA
PENGANTAR................................................................................................... 2
DAFTAR
ISI................................................................................................................. 3
BAB I
PENDAHULUAN............................................................................................ 4
A. Latar belakang..................................................................................................... 4
B. Rumusan
Masalah........................................................................................... 8
BAB II
PEMBAHASAN............................................................................................. 9
1. Apa akibat teknologi pada perilaku
pelajar?................................................... 10
2.Apakah Pancasila merupakan Solusi Permasalahan Suatu Bangsa?............ 12
3.Bagaimana peran agama dalam mengatasi
permasalahan dekandensi moral pelajar dan adakah pengaruh
intensitas menghafal Al-Qur’an terhadap moralitas pelajar?..... 13
BAB III
PENUTUP...................................................................................................... 15
A. Kesimpulan...................................................................................................... 15
B. Saran................................................................................................................. 15
DAFTAR
PUSTAKA................................................................................................... 16
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR
BELAKANG
Pada
zaman modern merupakan dunia yang tanpa batas dan dunia yang menggoda moral seseorang untuk
bertindak semaunya. Banyak tingkah
laku seseorang yang melanggar aturan / norma-norma yang berlaku di masyarakat. Sehingga mengakibatkan
banyak kecemasan,
ketegangan dan ketakutan di
kalangan masyarakat, yang semua itu tidak bisa dicernakan dan di integrasikan
oleh individu (Kartono, 2009: 7).
Remaja
adalah golongan masyarakat yang paling mudah kena pengaruh dari luar, karena mereka sedang
mengalami kegoncangan emosi akibat perubahan dan pertumbuhan atau perkembangan yang mereka lalui
(Dradjat, 1977:94).
Pertumbuhan tersebut akan berdampak pada perilaku. perkembangan fisik ditandai
dengan semakin matang dan mulai berfungsinya organ-organ tubuh termasuk organ
reproduksi. Adapun perubahan sosial yang dialami remaja pada fase ini adalah
remaja akan lebih dekat dengan teman sebayanya dibandingkan dengan orang tuanya
sendiri. Hal ini tentu banyak sekali menimbulkan akibat, salah satunya adalah
sumber informasi, karena remaja lebih dekat dengan teman sebayanya maka
kemungkinan dia pun akan lebih percaya pada informasi yang berasal dari
teman-temannya, termasuk informasi tentang seksualitas. Padahal informasi
seperti itu belum tentu dapat dipertanggung jawabkan.
Penggunaan teknologi informasi pada masyarakat terutama
remaja, baik berupa televisi dan perfilman serta internet yang digunakan untuk
tujuan lain seperti dengan memperkenalkan budaya pacaran yang bebas,
menampilkan tayangan-tayangan porno, adegan-adegan yang kurang senonoh, serta
tayangan-tayangan dan informasi yang meransang birahi, yang menjajakan sejumlah
menu sajian pemuas syahwat, merupakan faktor yang berkontribusi terhadap perilaku
seksual bebas.
Usia transisi yang dialami remaja cenderung membawa
dampak psikologis, dimana perilaku mereka cenderung berfikir pendek dan ingin
cepat dalam memecahkan berbagai permasalahan kehidupan. Remaja mengalami
kebingungan atau kesulitan dalam usaha meninggalkan kebiasaan pada usia
sebelumnya dan didalam memberikan kesan bahwa mereka hampir dewasa atau sudah
dewasa, yaitu dengan merokok, minum-minuman keras, menggunakan obat-obatan
terlarang, dan terlibat dalam perilaku seks. Namun tidak sedikit jalan yang
ditempuh adalah jalan yang sesat dan mengandung resiko seperti pergaulan bebas.
Proses berfikir remaja yang seperti itu, tidak dapat membedakan mana hal baik
dan buruk untuk dijadikan acuan perilaku yang sesuai dengan konsep halal dan
haram sesuai dengan perintah dan larangan agama yang dianutnya dan nilai
normatif yang ditanamkan pada dirinya dalam menyelesaikan persoalan. Pada
akhirnya pergaulan bebas yang menjadi solusi dalam memisahkan berbagai
persoalan hidupnya.
Fakta kecenderungan perilaku seks bebas dan situasi
maraknya pornografi sebagai media yang menyesatkan hingga berimplikasi terhadap
dekadensi moral, kriminalitas, dan kekerasan seks dikalangan remaja usia
sekolah menengah terus mengalami peningkatan. Disebutkan oleh M. Masri Muadz,
direktur remaja dan perlindungan hak-hak reproduksi BKKBN, menurutnya
berdasarkan hasil penelitian Lembaga Survey BKKBN pada tahun 2008 dengan
mengambil sampel di 33 provinsi di Indonesia, 63% remaja SMP dan SMA di
Indonesia pernah berhubungan seks, sebanyak 21% diantaranya melakukan aborsi.
Angka ini naik dibandingkan dengan penelitian tahun-tahun sebelumnya yakni,
berdasarkan data peneliian yang dilakukan oleh Synovate Research
(ww.kompas.com), diakses tanggal 20 Maret 2012, pada tahun 2005-2006 dikota-kota
besar mulai jabotabek, medan, bandung, ssurabaya dan makasar, masih berkisar
47,54% hingga 54% remaja mengaku melakukan hubungan seks sebelum menikah. Namun
hasil survey terakhir tahun 2008 meningkat menjadi 63%.
Berdasarkan hasil survey yang dilakukan oleh dinas
kesehatan kabupaten bandung pada tahiun 2009 terhadap siswa SMP dan SMA
dibandung dari 12.742 responden 0,64% responden melakukan hubungan seks, 0,77%
responden melakukan petting, 2,56% responden saling meraba anggota badan yang
sensitif, 2,86% melakukan necking, 6,62% berciuman bibir, 9,85% responden
mencium pipi/kening, 12,11% saling berpelukan/saling merangkul, 23,53%
responden berpegangan tangan, dan 41,06% responden hanya mengobrol selama masa
pacaran. Berdasarkan tingkat pengetahuan responden tentang kesehatan
reproduksi, 41,71% responden berpengetahuan baik dan 58,29% responden
berpengetahuan kurang. (Tribun-Jakarta 19 Desember 2008).
Fakta tersebut tidak sulit untuk diterima,sebab secara
faktual hampir setiap remaja berpacaran. Penelitian yang dilakukan Suherdiana
(2010:23) terhadap 250 siswa didelapan sekolah dikota Bandung, memperkuat
kebenaran fakta tersebut, dari 250 remaja yang menjadi sampel penelitian
ditemukam mayoritas remaja yaitu 217 orang atau 87% memiliki temen dekat atau pacar,
bahkan 94% dari total 250 remaja mengatakan bahwa memiliki pacar itu perlu.
Dari 87% remaja yang memiliki pacar , 97% remaja pernah melukukan bersentuhan
fisik, 61% atau 152 orang pernah melakukan cumbuan, sementara melakukan
hubungan badan sebanyak 17% atau 42 remaja.
Dari sisi lain, perilaku remaja yang berpacaran juga
tergambar dari survey yang juga dilakukan oleh youth center Pilar PKBI
Jawa Tengah tahun 2005 (www.kompas.com) diakses tanggal 20 Maret 2012, perilaku
yang dilakukan yaitu, saling ngobrol 100%, berpegangan tangan 93,3%, berciuman
bibir 60,9%, mencium leher mencium pipi 84,6% kening 36,1% saling meraba
(payudara dan kelamin) 25% dan melakukan hubungan seks 7,6%. Khusus untuk yang
melakukan seks, pasangannya adalah pacar 78,4%, teman 10,3% dan pekerja seks
9,3%. Alasan mereka melakukan hubungan seks adalah coba-coba 15,5%, sebagai
ungkapan rasa cinta 43,3%, kebutuhan biologis 29,9%. Adapun tempat melakukan
hubungan seks adlah rumah sediri atau pacar 30%, tempat kos atau kontrakan 32%,
hotel 28% dan lainnya 9%.
Perilaku seksual tersebut merupakan salah satu
penyimpangan perilaku remaja. Menurut Sarwono perilaku seks adalah segala
tingkah laku yang didorong oleh hasrat seksual baik dengan lawan jenis
(Heteroseksual) maupun sesama jenis (Homoseksual) bentuk-bentuk tingkah laku
ini dapat beraneka ragam, mulai dari perasaan tertarik hingga tingkah laku
berkencan, bercumbu dan senggama. Obyek seksual dapat berupa orang baik sejenis
maupun lawan jenis, orang dalam khayalan, hewan atau diri sendiri.
Penelitian yang dilakukan BKKBN (2008) menyatakan, 94%
remaja menyatakan butuh nasihat mengenai seks dan kesehatan reproduksi sebagian
besar remaja justru tidak dapat mengakses sumber informasi yag tepat. Jika
mereka kesulitan untuk mendapatkan informasi melalui jalur formal, terutama
dari lingkungan sekolah dan petugas kesehatan, makan kecenderungan yang muncul
adalah coba-coba sendiri mencari sumber informal. Sebagai contoh informasi
tersebut mereka coba penuhi dengan cara membahas bersama teman-teman, buku-buku
tentang seks, atau mengadakan percobaan dengan jalan matsurbasi, bercumbu atau
berhungan seksual.
Mengingat rasa ingin tau yang begitu besar pada remaja
yaitu dimulai dari usia antara 12 tahun sampai 16 tahun. Dalam kajian psikologi
masa remaja adalah masa yang memungkinkan seseorang memiliki rasa ingin tau
yang tinggi dan selalu ingin mencoba banyak hal termasuk masalah seksualitas.
Menurut (Hurlock, 1994:2227) sesuai dengan tugas-tugas perkembangan masa remaja
yaitu mencapai hubungan yang lebih matang dengan lawan jenis, dan menerima
peran sosial sebagai pria dan wanita. Fenomena ini sering terjadi pada remaja
di tingkat SMP, sudah saatnya pendidikan seks tidak lagi dipandang sempit dan
tabu. Pemberian pemahaman tentang pendidikan seks yang benar perlu diberikan
kepada mereka khususnya dilembaga pendidikan formal maupun pendidikan non
formal atau bahkan dalam keluarga sebagai wadah awal pendidikan seks bagi anak.
Hal ini dimaksudkan agar remaja tidak mencari informasi tentang masalah seksual
dari orang lain atau dari sumber-sumber yang tidak jelas kebenarannya bahkan
keliru sama sekali. Namun meski demikian, pendidikan seks tidak juga diberikan
dengan bebas tanpa memperhatikan tahapan perkembangan dan nilai moral serta
norma agama yang ada, artinya informasi seks yang diberikan kepada remaja
hendaknya disesuaikan dengan tingkatan usia dan tahap perkembangan remaja dan
harus diimbangi dengan nilai-nilai moral serta norma agama sebagai filter bagi
remaja dalam berperilaku khususnya berkaitan dengan dunia seksualitasnya.
Usaha
untuk menanggulangi kemerosotan moral itu telah banyak dilakukan, baik oleh lembaga
keagamaan, pendidikan, sosial dan instansi pemerintah. Namun hasil pembendungan arus yang berbahaya itu
belum tampak, bahkan yang
terjadi semakin banyak. Dimana mana dekadensi moral semakin menjadi jadi tidak saja
terbatas kepada kota besar, akan tetapi telah menjalar sampai ke pelosok tanah
air, ke kota kecil, dan desa terpencil.
B. RUMUSAN
MASALAH
1. Apa akibat
teknologi pada perilaku pelajar.
2.Apakah Pancasila merupakan Solusi
Permasalahan Suatu Bangsa?
3.Bagaimana peran agama dalam mengatasi
permasalahan dekandensi moral pelajar dan adakah pengaruh
intensitas menghafal Al-Qur’an terhadap moralitas pelajar?
BAB II
PEMBAHASAN
1. Apa akibat teknologi pada perilaku pelajar?
Akibat teknologi pada perilaku pelajar muncul dalam fenomena penerapan
kontrol tingkah laku ( behaviour control ). Behavour control merupakan
kemampuan untuk mengatur orang melaksanakan tindakan seperti yang dikehendaki
oleh si pengatur ( the ability to get somene to do one’s bidding ) pengembangan
teknologi yang mengatur perilaku pelajar ini mengakibatkan munculnya
masalah-masalah etis seperti berikut.
1. Penemuan
teknologi yang mengatur perilaku ini menyebabkan kemampuan perilaku seseorang
diubah dengan operasi dan manipulasi syaraf otak melalui obat bius tertentu.
Teknologi baru dalam bidang psikologi seperti “ dynamic psychoterapy” mampu
merangsang secara baru bagian-bagian penting, sehingga kelakuan bisa diatur dan
disusun. Jika begitu kebebasan bertindak pelajar sebagai suatu nilai diambang
kemusuhan.
2. Makin
dipacunya penyelidikan dan pemahaman mendalam tentang kelakuan pelajar,
memungkinkan adanya lubang manipulasi, entah melalui iklan atau media lain.
3. Pemahaman
tingkah laku pelajar demi tujuan ekonomis, rayuan untuk menghirup kebutuhan
baru sehingga bisa mendapat untung lebih banyak, menyebabkan penggunaaan media
(radio, tv) untuk mengatur kelakuan pelajar.
4. Behaviour
control memunculkan masalah etis bila kelakuan seseorang di control oleh
teknologi dan bukan oleh subjek itu sendiri. Konflik muncul justru karena si
pengatur memperbudak orang yang dikendalikan kebebasannya dalam bertindak dan
diarahkan menurut kehendak si pengontrol.
5. Akibat teknologi pada eksistensi manusia
dilontarkan oleh Schumacher. Bagi Schumacher eksistensi sejati manusia adalah
bahwa manusia menjadi manusia justru karena ia bekerja. Pemakaian teknologi
modern condong mengasingkan manusia dari eksistensinya sebagai pekerja, sebab
disana manusia tidak mengalamai kepuasan dalam bekerja. Pekerjaan tangan dan
otak manusia digantikan dengan tenaga-tenaga mesin, sehingga hilanglah kepuasan
dan kreatifitas manusia.
Derasnya arus informasi dan budaya asing yang masuk membuat para remaja tidak dapat membendung
rasa penasarannya sendiri untuk mencoba hal-hal yang tidak seharusnya mereka
lakukan dan pengetahuan yang minim lah yang membuat mereka semakin mudah
terjerumus. Informasi dan budaya asing yang masuk menyusup disetiap tempat di negeri ini tanpa filter dan
tanpa perlawanan berarti bahkan masuk sampai kedapur dan kamar kita baik sadar maupun
tidak. Tengok saja budaya yang menjangkiti remaja negeri ini dari K-pop sampai
harajuku hingga hip hop yang hedonis. Belum lagi perilaku bebas tanpa batas
keluar dari adat ketimuran. Suatu kondisi yang memprihatinkan bagi generasi
muda mengingat dampak buruknya bagi pembentukan karakter kepribadian penerus
bangsa. Meski beberapa kelompok ada yang melakukan upaya untuk meredam dampak
negatif budaya asing yang menjangkiti generasi muda tapi nampaknya hanya
bersifat sporadik tanpa mendapat dukungan yang memadai baik dari pemerintah
maupun dari masyarakat itu sendiri.
Awalnya kita banyak
berharap pada peran agama sebagai benteng terkuat menghadapi degradasi moral
anak-anak kita yang kian hari makin memprihatinkan. Namun dari waktu ke waktu
seiring dengan kemajuan zaman yang makin pesat tidak jarang terdengar para
pemuka Agamapun mulai mengeluh betapa sulitnya membina umat bahkan sampai ada
yang mulai merasa kewalahan. Itu dari sisi moral belum lagi dari rasa
kebangsaan dan nasionalisme. Menjelang perhelatan piala dunia bendera-bendera
Negara asing berkibar dengan tingginya sebagai bentuk dukungan yang sepertinya
sangat berlebihan. Apa pantas bendera asing berkibar diwilayah kedaulatan
Negara kita diluar gedung kedutaan besar mereka. Apa bedanya bendera Brasil
dengan bendera papua merdeka. Jika bendera OPM haram berkibar di tanah air
berarti bendera Negara manapun juga tidak boleh, karena itu diluar dari
kepatutan sangat tidak sesuai dengan etika dan hukum internasional.
Lantas jika sudah seperti ini keadaannya apakah kita hanya berdiam diri merenung mengharapkan datangnya mukjizat. Perlu upaya ekstra untuk kondisi seperti ini yaitu sebuah gerakan revolusi dalam rangka perbaikan moral bangsa sepertinya sudah menjadi keharusan.
Lantas jika sudah seperti ini keadaannya apakah kita hanya berdiam diri merenung mengharapkan datangnya mukjizat. Perlu upaya ekstra untuk kondisi seperti ini yaitu sebuah gerakan revolusi dalam rangka perbaikan moral bangsa sepertinya sudah menjadi keharusan.
2.Apakah Pancasila merupakan Solusi
Permasalahan Suatu Bangsa?
Iya, karena hanya Pancasila yang bisa diterima oleh semua
golongan. Tapi harus diakui bahwa belakangan ini hal tersebut hanya ada
diatas kertas yang bersifat teoritis jauh dari aplikasi dan pengamalan. Sudah
waktunya kita merevitalisasi kembali pemahaman dan pengamalan Pancasila sebagai
ideology bangsa yang terpinggirkan. Dengan Sila Pertama sebagai landasan yang
kokoh yaitu “ Ketuhanan Yang maha Esa”, diharapkan nilai moral keagamaan dan
religy dari masing-masing pribadi kita dapat terpicu dalam membentuk karakter
kita menjadi karakter Pancasila.
Memang gerakan ini tidak semudah membalikkan telapak tangan, dimana tantangan dan halangan pasti akan menghadang. Tapi itulah resiko perjuangan, makin berat makin dinikmati sebagai pemicu adrenalin ibarat pil pahit bagi kesembuhan penyakit yang kita dambakan. Saatnya kembali kepada nilai luhur bangsa, saatnya kita tempatkan Pancasila pada tempat yang semestinya. Saatnya kita menjadi manusia Indonesia seutuhnya yang berlandaskan pada Nilai Ketuhanan Yang Maha Esa memiliki semangat prikemanusiaan yang adil dan beradab menjunjung tinggi persatuan dan kesatuan bangsa serta senantiasa mengedepankan musyawarah untuk mufakat menuju terciptanya suatu keadilan sosial bagi seluruh masyarakat Indonesia. Mari kita semangat dalam merayakan hari lahir Pancasila seperti semangatnya kita memperingati hari valentine. Dalam semangat pengamalan dan aplikasi dalam kehidupan sehari-hari. Dirgahayulah Pancasila-ku kami terdepan dalam membelamu.
Memang gerakan ini tidak semudah membalikkan telapak tangan, dimana tantangan dan halangan pasti akan menghadang. Tapi itulah resiko perjuangan, makin berat makin dinikmati sebagai pemicu adrenalin ibarat pil pahit bagi kesembuhan penyakit yang kita dambakan. Saatnya kembali kepada nilai luhur bangsa, saatnya kita tempatkan Pancasila pada tempat yang semestinya. Saatnya kita menjadi manusia Indonesia seutuhnya yang berlandaskan pada Nilai Ketuhanan Yang Maha Esa memiliki semangat prikemanusiaan yang adil dan beradab menjunjung tinggi persatuan dan kesatuan bangsa serta senantiasa mengedepankan musyawarah untuk mufakat menuju terciptanya suatu keadilan sosial bagi seluruh masyarakat Indonesia. Mari kita semangat dalam merayakan hari lahir Pancasila seperti semangatnya kita memperingati hari valentine. Dalam semangat pengamalan dan aplikasi dalam kehidupan sehari-hari. Dirgahayulah Pancasila-ku kami terdepan dalam membelamu.
3.Bagaimana peran agama dalam mengatasi permasalahan
dekandensi moral pelajar dan adakah pengaruh
intensitas menghafal Al-Qur’an terhadap moralitas pelajar?
Jika dibawa ke
Agama khusunya agama islam maka upaya untuk mengurangi krisis moral tersebut
yaitu berkeyakinan kuat akan agama Islam yang menyelamatkan mereka dari jurang kemaksiatan. Remaja harus
memilih cara yang terbaik dan memiliki kesadaran hidup untuk mendapatkan dunia dan
akhirat.
Langkah
yang baik digunakan remaja untuk mendapatkan dunia dan akhirat yaitu dengan berpedoman pada
Al-Qur’an. Al-Qur’an merupakan kitab
suci yang sangat diagungkan karena di dalamnya terdapat nilai-nilai yang penting untuk dijadikan suri
tauladan maupun sebagai pedoman terhadap
segala aspek kehidupan. Bagi orang-orang muslim ingin mengharap kehidupan yang sejahtera, damai, dan
bahagia, maka semestinya berperilaku sesuai dengan Al-Qur’an, sebab Al-Qur’an menjadi sarana
paling utama untuk merintis,
memulai, dan menjalani kehidupan dengan sebaik-baiknya.
Setiap
persoalan apa pun yang datang silih berganti dalam kehidupan, tentu muaranya akan bertemu pada satu
titik, yaitu Al-Qur’an. Dengan
Al-Qur’an, kita dapat mengetahui segala yang baik dan yang buruk. Melalui Al-Qur’an, kita bisa
memahami yang haq dan yang batil. Melalui Al-Qur’an pula, kita mampu mengerti terhadap segala
hal yang diridhai dan yang
dibenci oleh Allah Swt. Inilah yang menjadi alasan sehingga Al-Qur’an begitu vital bagi
kehidupan seluruh umat muslim. Dalam
rangka untuk menjaga orisionilitas Al-Qur’an, selain dilakukan dengan cara membaca juga dengan
menghafalkannya. Cara menghafal ini memang lebih sulit daripada membaca dan memahaminya. Hal ini
terjadi karena selain
mempunyai lembaran yang sangat banyak, Al-Qur’an memiliki nuansa bahasa yang relatif sulit
untuk dipahami, serta dapat menghabiskan waktu yang cukup lama untuk menghafalnya. Seorang yang menghafalkan Al-Qur’an
harus berguru kepada ahlinya, yaitu
guru yang hafal Al-Qur’an, serta sudah mantap dalam segi agama dan pengetahuannya tentang Al-Qur’an,
seperti ulumul Qur’an, asbab an –nuzulnya, tafsir, ilmu tajwid, dan lain-lain.
Remaja yang menghafalkan Al-Qur’an
harus menjauhkan diri dari perbuatan
tercela, agar tidak menghancurkan konsentrasi yang telah terbina dan terlatih sedemikian bagus.
Dengan demikian maka akan terdapat keselarasan antara sikap penghafal dengan kesucian Al-Qur’an
(Al-Hafidz, 1994: 52). Menghafal Al-Qur’an merupakan suatu
keutamaan mengamalkannya, berperilaku
dengan akhlaknya, bersopan santun dengannya di waktu malam dan siang adalah merupakan
orang-orang pilihan terbaik (Sa’dulloh, 2008:23).
Berangkat
dari persoalan tersebut maka dakwah dengan pendekatan bimbingan konseling Islam melalui
seorang penghafal Al-Qur’an sebagai juru dakwah. Dakwah adalah mendorong (memotivasi) umat manusia melaksanakan kebaikan dan mengikuti
petunjuk serta memerintahkan mereka berbuat makruf dan mencegahnya dari perbuatan mungkar agar
mereka memperoleh
kebahagiaan dunia dan akhirat (Pimay, 2005: 28). Kewajiban dakwah tersebut disebutkan dalam
firman Allah, yang artinya:
“Dan hendaklah ada diantara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyeruh kepada
yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar, merekalah orang-orang yang beruntung”(QS.Ali
Imran 104) (Depag, 1990: 93).
Tugas
dakwah mempunyai kewajiban untuk menyeru bagi umat muslim. Usaha seorang juru dakwah
(da’i) untuk mencegah dari kemunkaran yaitu krisis moral yang dialami oleh remaja. Salah satu cara
untuk meningkatkan
tingkat perkembangan moral remaja dengan mendekatkan diri mereka dengan membaca Al-Qur’an dan menghafalkan Al-Qur’an. Dengan demikian, menghafalkan
Al-Qur’an secara intensif akan meningkatkan
tingkat perkembangan moral remaja. Menghafal Al-Qur’an mempunyai keutamaan agar berperilaku
baik, bersopan santun di waktu malam
dan siang.
BAB III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Pancasila merupakan
sumber dari segala sumber hukum di Indonesia, yang memiliki nilai-nilai didalamnya, seperti telah
dijelaskan dalam Pembukaan UUD 1945 . Pancasila dapat diaplikasikan dalam
menumbuhkan rasa kepercayaan yang tinggi terhadap hukum sebagai pencerminan
adanya kesetaraan dan pelindungan hukum terhadap berbagai perbedaan pandangan,
suku, agama, keyakinan, ras dan budaya yang disertai kualitas kejujuran yang
tinggi, saling menghargai, saling menghormati, non diskriminatif dan persamaan
di hadapan hukum. Sebagai solusi permasalahan suatu bangsa nilai-nilai
yang terkandung dalam pancasila sangat bermanfaat bagi bangsa Indonesia, sebagai ideologi bangsa
Indonesia tentunya pancasila mempunyai semacam magnet permersatu bagi bangsa
ini. Setelah saya mengkaji lebih lanjut ternyata Pancasila dapat menjadi Solusi
permasalahan suatu bangsa dan negara terbukti bahwasannya kita dapat
mengetahui berbagai cara yang menyangkut atau berhubungan dengan Pancasila
untuk manangani permasalahan suatu bangsa misalnya dengan nila-nilai positif
yang terkandung di dalam pancasila.
B. SARAN
Saran Berdasarkan uraian di atas
kiranya kita dapat menyadari bahwa Pancasila merupakan falsafah negara kita
republik Indonesia. Kita harus menjungjung tinggi dan mengamalkan sila-sila
dari Pancasila tersebut dengan setulus hati dan penuh rasa tanggung jawab. Kita
harus membekali diri dengan sikap dan kepribadian yang menjunjung tinggi nilai
kebangsaan Indonesia (Pancasila). Selain itu kita harus patuh kepada kedua
orang tua, taat beribadah, menghindarkan diri dari hal-hal yang merugikan diri
sendiri, dan belajar dengan rajin agar apa yang kita cita-citakan tercapai.
DAFTAR PUSTAKA
1. http//pdf
2. Pancasila sebagai solusi permasalahan
suatu bangsa dan negara.or.id.htm
3. Asiana.com.htm
4. Pendidikan pancasila dan
kewarganegaraan
5.pendidikan pancasila
4. Pendidikan pancasila dan kewarganegaraan
BalasHapus5.pendidikan pancasila
refrensi diatas boleh tau jelas info refrensibukunya